Sebagaimana dikemukakan pada tulisan sebelumnya bahwa dalam sejarah berupaya mencari keunikan-keunikan peristiwa sebagai ilmu yang bersifat idiologis dan prtikularistik, kualitatif-subjektif yang terjadi berimplikasi terhadap betapa sulitnya membuat generalisasi-generalisai historis. Namun demikian, kesulitan tersebut setidaknya tereduksi oleh pendapat Banks (1977: 99-100).bahwa dalam pembuatan generalisasi sejarah dapat dibedakan atas tiga tingkatan, berikut :
1. High Order generalization ialah generalisasi yang disebut laws atau principles, yaitu generalisasi yang pemakaiannya secara universal.
2. Intermediate level generalization yaitu generalisasi yang digunakan dikawasan tertentu ataupun didaerah kebudayaan tertentu.
3. Law order generalization yaitu generalisasi yang didasarkan atas data dari dua atau lebih tentang sekelompok masyarakat suatu kawasan tertentu yang bersifat local, generalisasi inilah yang paling memungkinkan dibuat dalam sejarah.
Generalisasi-generalisasi sejarah yang digunakan disini, seperti perubahan, peristiwa, sebab dan akibat, nasionalisme, kemerdekaan, imperialisme, revolusi, faxisme, komunisme, peradaban, waktu, feminism, liberalism, dan konservatisme.
1. Perubahan
Jika kita hanya mengakui gerak sejarah berdasarkan siklus maka tidak akan banyak terjadi perubahan-perubahan yang berarti dalam dinamika masyarakat local, nasional, maupun global. Padahal perubahan yang terjadi pada masyarakat sekarang ini demikian cepat, banyak lompatan, dan banyak hal yang tidak terduga.
2. Peristiwa
Sebeneranya, jika kita mengakui validitas gerak sejarah yang dikemukakan Giambattista Vico, disamping beberapa peristiwa sejarah itu kecenderungannya akan terjadi pengulangan yang serupa, tetapi akan terjadi pula suatu proses kemajuan yang lebih berarti dari pada gerak sejarah yang benar-benar hanya bersifat siklusbelaka (Al-Sharqawi, 1986: 147).
3. Sebab dan Akibat
Munculnya peradaban dilembah sungai Nil (mesir kuno) yang bernilai tinggi sebagai khazanah budaya dunia, disebabkan adanya tantangan yang cukup keras bagi masyarakat Mesir dan berperannya kaum elite minoritas yang kreatif, akibatnya mereka berupaya untuk merespon tantangan itu dalam bentuk peradaban yang bernilai agung (Lauer, 2003: 53).
4. Nasionalisme
Menurut Jan Romein, gerak kemajuan dari keberlanjutan perubahan sejarah (sosial budaya), tidak dapat disamakan dengan evolusi biologis, melainkan kebalikannya. Mengingat manusia memiliki sejumlah kemampuan akal dan pikiran sebagai mahkluk yang lebih sempurna. Oleh karena itu, dalam dialektika kemajuan perkembangan nasionalisme pun tidak berjalan secara evolutif, tetapi maju dengan lompatan-lompatan yang diadakan seperti revolusi (Wertheim, 1976: 95-96).
5. Komunisme
Makin meluasnya bahaya komunisme di Asia Tenggara, mendorong para ahli strategi dan pemikir Amerika Serikat untuk menggagas suatu teori baru yang dikenal dengan teori domino (Supardan, 1983: 21).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar