Analisis titik impas (break even piont analysis) linier khususnya lemah pada kemungkinan-kemungkinan penjualaan perusahaan, karena didasarkan pada harga jual yang konstan. Sehingga untuk dapat mempelajari kemungkinan laba dengan harga-harga yang berbeda-beda perlu disusun satu bagan tersendiri untuk tiap harga. Untuk mengatasi hal ini dapat digunakan analisis titik impas non linier.
Demikian pula mengenai biaya-biaya, analisis titik impas juga kurang sempurna. Hubungan yang diperlihatkan dalam bagan tidak dapat dipertahankan pada semua output. Jika penjualan naik, maka mesin-mesin dan alat perlengkapan yang ada akan bekerja sampai mencapai kapasitasnya. Situasi ini mengakibatkan adanya tambahan karyawan yang menyebabkan meningkatnya uang lembur sehingga biaya-biaya variabel naik tajam. Kondisi ini mendorong perusahaan untuk menambah mesin-mesin dan alat perlengkapan agar biaya-biaya tetap perusahan seperti biaya penyusutan dan biaya pemeliharaan mesin kembali meningkat sehingga timbul keseimbahan baru antara biaya variabel dan biaya tetap. Akhirnya setelah suatu periode tertentu produk yang dijual oleh perusahaan berubah dalam kualitas dan kuantitasnya. Perubahaan semacam ini dalam produk campuran (product mix) mempengaruhi tingkat dan arah garis biaya.
Analisis titik impas linier berguna sebagai tindakan awal dalam pengembangan data dasar yang dibutuhkan untuk menetapkan harga dan untuk keputusan pembiayaan keuangan.
Kelemahan Penggunaan Break Even Point (Titik impas)
Dalam pemakaian analisis ini kita harus menyadari keterbatasan yang dikandung model ini. Kelemahaan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Asumsi yang menyebutkan harga jual konstan padahal kenyataannya harga ini kadang-kadang harus berubah sesuai dengan kekuatan permintaan dan penawaran dipasar. Untuk menutupi kelemahan itu, maka harus dibuat analisis sensitivitas untuk harga jual yang berbeda.
2. Asumsi terhadap cost
Penggolongan biaya tetap dan biaya variabel juga mengandung kelemahan. Dalam keadaan tertentu untuk memenuhi volume penjualan, biaya tetap mau tidak mau harus berubah karena pembelian mesin-mesin atau peralatan baru guna meningkatkan volume produksi untuk penjualan. Begitu pula pada perhitungan biaya variabel per unit mengalami perubahan karena pada saat tertentu dapat terjadi kenaikan harga bahan baku sehingga menaikan biaya produksi perusahaan.
3. Jenis barang yang dijual tidak selalu satu jenis
4. Biaya tetap juga tidak selalu tetap pada berbagai kapasitas.
5. Biaya variabel juga tidak selalu berubah sejajar dengan perubahaan volume penjualan.
Namun begitu, asumsi-asumsi terhadap analisis titik impas seperti asumsi terhadap biaya yang dianggap tetap, kapasitas produksi serta tingkat penjualan dengan jumlah dan harga yang juga diasumsikan tetap, maupun biaya variabel yang disumsikan berubah sebanding dengan perubahan volume penjualan perlu dilakukan karena untuk dapat membuat suatu model analisis mau tidak mau perlu adanya asumsi yang mendasari perhitungan tersebut, agar perhitungan yang dilakukan dapat menghasilkan hal-hal yang ingin kita prediksi. Kelemahan-kelemahan yang terjadi merupakan resiko dari prediksi yang dilakukan sehingga dalam pengambilan keputusan melalui analisis titik impas tetap perlu adanya kehati-hatian dari manajer guna menghindari kesalahan yang berakibat pada kerugian usaha.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar