Selasa, 27 Desember 2016

43. KELAINAN GENDER


Teori-teori gender
1.    Teori Nurture
Menurut teori nurture, adanya perbedaan perempuan dan laki-laki pada hakikatnya adalah hasil kontruksi sosial budaya sehingga menghasilkan peran dan tugas yang berbeda. Perbedaan tersebut menyebabkan perempuan selalu tertinggal dan terabaikan peran dan konstribusinya dalam hidup berkeluara, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Perjuangan untuk persamaan dipelopori oleh orang-orang yang konsen memperjuangkan kesetaraan perempuan dan laki-laki (kaum feminis) yang cenderung mengejar “kesamaan” atau fifty-fifty yang kemudia dikenal dengan istilah kesamaan kuantitas. Perjuangan tersebut sulit dicapai karena berbagai hambatan, baik dari nilai agama maupun budayaa. Karena itu, aliran nurture melahirkan paham sosial konflik yang memperjuangkan kesamaan proposional dalam segala aktivitas masyarakat seperti ditingkatan manajer, menteri, militer, DPR, partai politik dan bidang lainnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, dibuatlah program khusus guna memberikan peluan bagi pemberdayaan perempuan yang kadangkala berakibat timbulnya reaksi negative dari kaum laki-laki karena apriori terhadap perjuangan tersebut.
2.Teori Nature
     Menurut teori nature, adanya perbedaan perempuan dan laki-laki adalah kodrat sehingga tidak dapat berubah dan bersifat universal. Perbedaan biologis ini memberikan indikasi dan implikasi bahwa diantara kedua jenis tersebut memiliki peran dan tugas yang berbeda. Manusia, baik perempuan maupun laki-laki, memiliki perbedaan kodrat sesuai dengan fungsinya masing-masing. Dalm kehidupan sosial. Ada pembagian tugas, begitu pula dalam kehidupan keluarga karena tidaklah mungkin sebuah kapal dikomandani oleh dua nahkoda. Talcott persons dan bales berpendapat bahwa keluarga adalah sebagai unit sosial yang memberikan perbedaan peran suami dan istri untuk saling melengkapi dan saling membantu satu sama lain. Keharmonisan hidup hanya dapat diciptakan bila terjadi pembagian peran dan tugas yang serasi antara perempuan dan laki-laki dan hal ini dimulai sejak dini melalui pola pendidikan dan pengasuhan anak dalam keluarga.
3.Teori Fungsional
    Perbedaan gender memberi kontribusi dalam integrasi masyarakat tradisional. Perempuan memelihara kohesi internal rumah tangga sedangkan laki-laki menghubungkan keluarga dengan dunia yang lebih terutama melalui partisipasi dunia kerja. Menurut persons peran laki-laki yang demikian itu dinamakan instrumental. Selanjutnya parsons menjelaskan bahwa masyarakat menjalankan perilaku gender melalui variasi alat-alat control sosial missal orang akan masuk dalam definisi kurtural gender yang memproduksi identitas gender yang akan dimiliki oleh mereka artinya sejak lahir mereka sudah memiliki fondasi tentang peran yang akan dijalani dalam masyarakat. Kultur merupakan kekuatan utama yang mengikat system tindakan disamping itu kultur juga menengahi interaksi antar actor, mengintegrasikan kepribadian dan menyatukan system sosial.
3.Teori Konflik
    Analisis teori konflik tentang gender berpusat pada isu kekuasaan akibat adanya realitas perbedaan gender secara historis yang menguntungkan laki-laki. System patrarkhi yang menempatkan perempuan sebagai subyek yang terdiskrimisi. Dalam pandangan teori konflik gender bukan dipandang sebagai kohesi sosial tetapi sebagai konflik sosial dimana pihak laki-laki memproteksi hak istimewa sedangakn perempuan melawan status quo. Hal ini berarti peran laki-laki dan perempuan tidak saling melengkapi.
4.Teori Feminis Liberal
    Feminis yang mengusulkan bahwasannya perempuan mempunyai hak yang sama dengan laki-laki, cirri dan gerakan ini tidak mengusulkan perubahan struktur secara fundamental, melainkan mamasukan wanita kedalam struktur yang ada berdasarkan prinsip kesetaraan dengan laki-laki.
    Jelas mungkin bila selama ini pendidikan lebih mendahulukan kaum laki-laki maka feminis ini lebih memperjuangkan tentang adanya kesetaraan mengenai hak-hak yang seharusnya diperoleh para perempuan yang sama dengan kaum adam. Contoh dalam pendidikan adanya kesamaan memperoleh hak yang sama dalam menimba ilmu apapun yang dipandang sebagai pendidikan untuk para pria. Contoh sekolah SMK/STM, AKABRI,AKPOL,Dll.
Inti ajaran feminis liberal
1.    Memfokuskan kepada perlakuan yang sama terhadap wanita diluar dari pada didalam keluarga
2.    Memperluas kesempatan pendidikan merupakan langkah efektif untuk melakukan perubahan sosial
3.    Feminis saat ini cenderung lebih sejalan dengan liberalisme kesejahteraan atau egalitarian yang mendukung Negara kesejahteraan Negara
5.Feminis radikal
    Feminis radikal lebih menekankan kebalikan feminis liberal, jika sebelumnya kaum feminis mengusulkan kesetaraan kaum hawa dengan kaum adam maka radikal tidak demikian, hal ini dapat dilihat dari usulan bahwasannya hak antara laki-laki dan hak perempuan harus dibedakan. Misalnya wanita dan laki-laki mengkonseptualkan kekuasaan secara berbeda, bila laki-laki lebih pada mendominasi dan mengontrol orang lain makan perempuan lebih tertuju dalam berbagi dan merawat kekuasannya.
    Feminis ini menyatakan bahwasannya adanya keterasingan yang dialami kaum perempuan karena diciptakan oleh unsure politik maka transformasi personal lebih kepada aks-aksi radikal.
Inti ajaran feminis radikal
1.    Memprotes ekploitasi terhadap wanita, feminis radikal menganggap perkawinan sebagai bentuk formalitas yang mendeskriminasikan perempuan
2.    Masyarakat harus diubah secara menyeluruh, termasuk lembag-lembaga sosial fundamental harus dirubah secara fundamental pula.
6. Feminis Sosialis
    Aliran ini bertumpu pada teori Marx dan Engel yang beraliran sintesa histories matrealis. Menurut engel laki-laki dan perempuan berperan dalam pemeliharaan kelurga inti, namun karena tugas tradisional wanita mencakup pemeliharaan rumah tangga dan penyiapan makanan, seddangkan tugas laki-laki mencari makan. Dalam hal ini laki-laki mempunyai akumulasi kekayaan yang lebih tinggi dari perempuan. Hal ini yang menganggap posisi laki-laki lebih tinggi dari pada perempuan.
    Dalam keluarga perempuan secara tidak langsung dididik menjadi seorang yang mengutamakan perasaan. Hal itu lantas menjadi pola turun menurun sebagai hal yang dipandang alamiah maka timbulah fenomena dalam pendidikan umumnya perempuan memilih studinya yang mengutamakan perasaan dan kecerdasaan emosional. Contoh banyak perempuan yang lebih memilih studi tentang keperawatan, pramugari, entertainer, psikolog, guru. Dibandingkan dengan fenomena yang ada dimasa lalu gender sudah banyak memperoleh kesempatan yang sama dengan laki-laki .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar