Selasa, 27 Desember 2016

59. PERSPEKTIF SOSIOLOGI


Yang dimaksud dengan perspektif sosiologi adalah asumsi dari sifat-sifat objek kajian sosiologi. Adapun yang dimaksud dengan asumsi atau paradigma merupakan cara pandang atau cara memahami gejala-gejala tertentu tergantuk keyakinan orang yang mempelajari objek tersebut. Dalam sosiologi terdapat beberapa perspektif beberapanya:
1.    Perspektif evolusionis, artinya sosiologi memusatkan perhatiannya pada pola-pola perubahan dan perkembangan yang muncul di dalam masyarakat. Masyarakat adalah realitas sosial yang dinamis, di mana sifat dinamis itu ditunjukkan dalam berbagai gejala perubahan, baik perubahan soisal maupun budaya. Berdasarkan dari sifat dinamis masyarakat tersebut, maka tidak ada satu pun kehidupan sosial yang tidak mengalami dinamika, sebab dinamika merupakan gejala yang serba hadir dalam setiap kehidupan sosial. Akan tetapi, perubahan dalam objek kajian sosiologi tidak selalu mengarah pada perubahan yan g lebih baik (linier), sebab kenyataan yang ada menunjukkan sebagian dari perubahan-perubahan tersebut justru mengarah pada titik kehancuran, seperti hancurnya peradaban Yunani, Kerajaan Majapahit, dan sebagainya. Gejala-gejala perubahan itu sendiri akan memnghasilkan pola-pola kehidupan yang berbentuk konflik dan integrasi sosial. Perspektif ini didasarkan pada tulisan-tulisan August Comte dan Hebert Spencer.
2.    Perspektif interaksionis, artinya sosiologi memusatkan perhatiannya pada interaksi sosial, sebab interaksi sosial merupakan salah satu gejala sosial yang selalu emwarnai kehidupan masyarakatsebagai wujud dari sifat manusia sebagai makhluk sosial yang selalu berhubungan dengan manusia lain. Interaksi dalam konsep dalam sosiologi adalah hubungan manusia dengan manusia di dalam kehidupan sosial. Pola-pola hubungan tersebut akn menghasilkan produk interaksi, yaitu nilai-nilai dan norma-norma yang dijadikan sebagai pedoman dalam pergaulan sosial.
3.    Perspektif fungsionalis, artinya sosilogi memandadng masyarakat sebagai objek kajian sosiologi sebagai suatu jaringan kelompok yang bekerja sama secara terorganisasi dan memililiki seperangkat aturan dan nilai yang dianut oleh sebagian besar anggotanya. Masyarakat dianggap sebagai suatu hal yang stabil dengan kecenderungan ke arah yang keseimbangan, yaitu memperhatikan sistem kerja yang mengarah pada keseimbangan. Dengan demikian, tidak ada satupun unsur sosial yang mamou berdiri senidri, sehingga antart unsur satu dan yang liannya saling memiliki hubungan ketergantungan. Perspektif ini merujuk pada karya Talcott Parson.
4.    Perspektif konflik, perspektif ini sosiologi memandang pertentang yang terjadi di dalam kehidupan masyarakat sebagai akibat dari produk interaksi itu sendiri. Dalam pandangan sosilogi, masyarakat selain merupakan arena kehidupan yang memiliki hubungan saling ketergantungan, juga merupakan arena konflik, artinya dalam setiap kehidupan sosial akan terdapat perselisihan dan pertikaian yang disebabkan oleh banyaknya keanekaragaman sosial. Namun di pihak lain terdapat kerja sama atau integrasi yang tidak kalah pentingnya di dalam mengisi setiap gerak kehidupan sosial itu sendiri. Dengan demikian, konflik dan integrasi merupakan gejala yang selalu hadir dalam setiap kehidupan sosial. Penganut pandangan ini diantaranya adalah Karl Marx, Frederic Engle, Ralf Dahrendorft, dan lain-lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar