Pada umumnya, perilaku menyimpang dinilai negatif oleh masyarakat. Demikian pula, menurut pandangan umum perilaku itu dianggap merugikan masyarakat. Namun, ternyata menurut salah seorang pendiri sosilogi, Emile Durkheim (1895-1982), perilaku menyimpang bukanlah perilaku yang semata-mata tak normal dan melulu bersifat negatif. Menurutnya perilaku menyimpang memiliki kontribusi positif bagi kelangsungan masyarakat secara keseluruhan. Durkeim berpendapat, bahwa ada empat kontribusi penting dari perilaku menyimpang, yaitu sebagai:
a. Perilaku menyimpang memperkukuh nilai-nilai dan norma-norma dalam masyarakat. Setiap konsep kebijakan merupakan lawan dari ketidakbaikan. Denngan demikian tidak akan ada kebaikan tanpa ketidakaikan. Karena itu, perilaku menyimpang memiliki guna untuk semakin meneguhkan moralitas masayrakat. Sebagai contoh dalam konsep keimanan Islam sudah menjadi harga mati bahwa Nabi Muhammad SAW adalah rasul yang terakhir diturunkan oleh Allah SWT di dunia dan bagi aliran kepercayaan manapun yang menyatakan adanya Nabi atau Rasul setelah Nabi Muhammad, dianggap sebagai aliran sesat. Manfaat adanya penyimpangan keyakinan tersebut akhirnya memperoleh keyakinan penganut Islam.
b. Tanggapan terhadap perilaku menyimpang akan mempeprjelas batas mora. Dengan menyatakan beberapa orang sebagai pelaku perilaku menyimpang, masyarakat memiliki kejelasan batas mengenai apa yang benar dan apa yang salah.. contoh, tindakan kekerasan dan kebrutalan yang dilakukan oleh anggota geng motor di beberapa kota besar di Jawa Barat justru mempertegas mana kelompok asosiasi yang benar dan yang salah. Batasan yang tegas tersebut semakin mempertegas identitas kelompok anggota geng motor yang dahulunya kurang dipedulikan keberadaanya oleh masyarakat, maka semenjak anggota kelompok geng motor melakukan tindakan kebrutalah dan kekerasan, maka banyak anggota masyarakat yang semakin membencinya.
c. Tanggapan terhadap perilaku menyimpang aka menumbuhkan kesatuan masyarakat. Masyarakat umu mnya menidak perilaku menyimpang yang serius dengan tindakan tegas secara bersama-sama. Dengan demikin, masyarakat menegaskan kembali ikatan moral yang mempersatukan mereka. Contoh, ketika kelompok geng motor melakukan aksi kebrutalan di jalanan dan di toko-toko swalayan, maka banyak di anatra anggota masyarakat bersatu mengutuk tindakan anggota geng motor dan bersama-sama menuntut kepada aparat keamanan untuk membasmi keberadaan kelompok geng motor di mana pun mereka berada. Gerakan sosial masyarakat semakin luas sehingga tidak hanya kelompok Geng Motor saja yang dikutuk, akhirnya masyarakat membentuk kekuatan untuk bersama-sama membentuk aksi anti-premanisme.
d. Perilaku menyimpang mendorong terjadinya perubahan sosial. Para pelaku perilaku menyimpang akan menekan batas moral masyarakat, memberikan alternatif baru terhadap kondisi masayarakat dan mendorong berlangsungnya perubahan. Menurut Durkheim, perilaku menyimpang yang terjadi saat ini akan menjadimoralitas baru bagi masyarakat di masa depan. Sebagai contoh, pada zaman Orde Baru seseorang yang menyatakan ketidaksetujuan secara terbuka kepada pemerintah dianggap berperilaku menyimpang. Namun, sejak jatuhnya pemerintahan dianggap berperilaku menyimpang. Namun, sejak jatuhnya pemerintahan Orde Baru, keterbukaan merupakan salah satu perilaku yang dianggap penting dalam masyarakat.
Pendapat Durkheim tersebut didukung pula oleh Nachman BenYehuda. Menurutnya, dalam masyarakat modern yang cenderung semakin brutal, sebab ada berbagai sistem nilai, norma, dan moralitas yang saling bersaing. Batas-batas nilai, norma, dan moralitas selalu merupakan hasil “negosiasi” antar-berbagai pihak yang saling bersaing. Dalam hal ini, adanya perilaku menyimpang akan mengarahkan terjadinya “negosiasi ulang” terhadap norma-norma yang aa dan mendorong terjadinya perubahan sosial.
Masuk akal banget, ya ya gua lumayan faham nih, good buat tulisny
BalasHapus